Viralbengkulu.com – Pendapatan negara dari aktivitas bea dan cukai di Provinsi Bengkulu masih sangat rendah. Hingga Agustus 2024, realisasinya baru sebesar Rp405 juta dari target yang ditetapkan sebesar Rp26,7 miliar.
Berdasarkan data terbaru dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Bengkulu, penerimaan bea masuk sepanjang Januari hingga Agustus 2024 hanya mencapai Rp2,3 juta.
“Angka ini sangat jauh dari target yang ditetapkan sebesar Rp76 juta, yang berarti realisasi bea masuk baru mencapai 3,06 persen dari target,” kata Kepala Kanwil DJPb Provinsi Bengkulu, Bayu Andy Prasetya, Minggu (1/9/24).
Bayu mengungkapkan bahwa rendahnya penerimaan bea masuk tersebut disebabkan oleh minimnya aktivitas impor melalui wilayah Bengkulu. “Pendapatan bea masuk terkontraksi cukup besar, yaitu -56,6 persen, karena sampai saat ini belum ada realisasi impor melalui Bengkulu,” jelas dia.
Selain bea masuk, penerimaan negara dari bea keluar juga mengalami kontraksi yang cukup signifikan. Hingga Agustus 2024, realisasi bea keluar hanya mencapai Rp304 juta atau 1,14 persen dari target Rp26,63 miliar.
“Penurunan sebesar -94,8 persen ini disebabkan oleh terhentinya ekspor kernel sawit akibat pendangkalan alur pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, yang menghambat kegiatan ekspor kayu olahan, satu-satunya komoditas yang berkontribusi pada penerimaan bea keluar,” ungkap Bayu.
Namun demikian, di tengah rendahnya penerimaan dari bea masuk dan bea keluar, pendapatan dari sektor cukai justru menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Sejak beroperasinya pabrik rokok di Rejang Lebong pada April 2024, realisasi penerimaan cukai di Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan drastis hingga 331 persen, atau sebesar Rp99 juta.
“Meski belum ada target, angka ini menunjukkan bahwa keberadaan industri rokok di Rejang Lebong memberikan dampak positif terhadap pendapatan negara dari sektor cukai. Apalagi keberadaannya bisa mengurangi jumlah penggunaan rokok ilegal,” jelas Bayu.
Kendati ada peningkatan di sektor cukai, secara keseluruhan penerimaan dari bea dan cukai di Bengkulu masih menghadapi tantangan yang besar. Bayu menyatakan bahwa diperlukan upaya lebih lanjut untuk mengoptimalkan potensi penerimaan negara melalui berbagai kebijakan strategis, termasuk perbaikan infrastruktur pelabuhan dan upaya peningkatan aktivitas ekspor dan impor di wilayah Bengkulu.
“Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan bahwa potensi penerimaan negara dapat dimaksimalkan. Kami juga akan mendorong pembenahan di sektor-sektor yang masih mengalami kendala seperti perbaikan infrastruktur pelabuhan,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan